Jumat, 28 Desember 2012

Rekayasa Sanitasi


“Pemanfaatan Toples Plastik Bekas dan Atraktan Minyak Sereh (Andropogan nardus L)
sebagai Perangkap Lalat Rumah Sederhana”

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Dalam Sistem Kesehatan Nasional dan Rencana Pokok Program Reformasi di Bidang Kesehatan telah digariskan bahwa tujuan reformasi kesehatan adalah  tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan nasional.
Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah penduduk yang besar, dan distribusi yang belum merata, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang masih rendah, serta kesehatan lingkungan yang belum memadai.
Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya ( UU RI No. 23 Tahun 1992). Salah satu serangga yang berhubungan erat dengan kehidupan manusia dan berperan sebagai penular penyakit ( vektor) adalah lalat.
Ada banyak jenis lalat tetapi yang paling banyak merugikan manusia adalah lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau ( Lucilia seretica), lalat biru (Calliphora vornituria), dan lalat latrine (Fannia canicularis). Dari beberapa jenis ini lalat rumah paling dikenal sejak lama sebagai pembawa penyakit dan tersebar di berbagai penjuru dunia.
Lalat dari genus Musca yaitu lalat rumah (Musca domestica) biasa berada di lingkungan permukiman penduduk. Keberadaan lalat rumah sangat meresahkan penduduk karena diketahui lalat rumah mampu menjadi penyebab penularan lebih dari 30 penyakit secara mekanis, diantaranya adalah kolera, disentri, basiler, disentri amoebik, tuberkulosis, tetanus, antraks, lepra, pes bubonik, frambusia, konjungtivitis, trakoma, erisipelas, gonore, septikemi, abses, dan gangren dan lain- lain ( Tamboada, 1967). Lalat rumah juga telah diteliti mampu membawa dan menyebarkan virus Avian Influenza (AI) atau virus flu burung ke dalam tubuh manusia (Wasito, 2005).
Peranan lalat rumah dalam penularan penyakit serta kemampuan lalat rumah untuk berkembang biak dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak perlu dilakukan upaya pencegahan, diantaranya dengan upaya pengendalian dan pemberantasan. Pengendalian dan pemberantasan lalat dapat dilakukan secara langsung dengan cara fisik, kimia dan biologi. Cara pemberantasan lalat dewasa sejauh ini dilakukan dengan memasang perekat lalat, menggunakan umpan, dengan atraktan, penyemprotan insectisida, tindakan mekanis maupun perlindungan ( screening) ( Depkes RI Dirjen PPM dan PLP, 1089). Penggunaan atraktan dalam perangkap lalat merupakan salah satu cara yang mudah dan praktis serta tidak mencemari lingkungan. Atraktan dibuat agar baunya dapat menarik perhatian lalat rumah. Hal ini karena lalat rumah mempunyai alat penciuman sensitif dan lalat rumah menyukai makanan yang mengandung gula (manis) (Iskandar, 1985).
Salah satu bentuk perangkap lalat rumah dapat terbuat dari toples plastik bekas yang sudah tidak digunakan lagi. Toples plastik yang sudah tidak dipakai awalnya menjadi sampah, namun ternyata dapat digunakan sebagai perangkap lalat rumah yang bermanfaat. Perangkap ini menggunakan atraktan metil eugenol minyak sereh (Andropogan nardus L) yang diteteskan pada kapas kemudian digantung didalam toples plastik kedua yang diletakkan untuk menutup toples plastik bekas pertama. Cara ini efektif dalam mengurangi populasi serta membatasi masuk dan berkembangnya lalat rumah di suatu areal. Namun atraktan sintentik tersebut hanya mampu menarik lalat jantan, karena bersifat paraferomon (seks feromon) yaitu senyawa yang aromanya sama dengan feromon yang dihasilkan oleh serangga betina sehingga menarik jantan untuk datang, sementara penyebab penyakit pada manusia tidak hanya lalat jantan, namun juga lalat betina. Walaupun hanya lalat jantan saja yang mampu terperangkap, namun perangkap ini didesain supaya lalat jantan tersebut  tidak langsung mati, sehingga dapat menarik lalat betina untuk masuk ke dalam perangkap. Sehingga, pada akhirnya lalat jantan dan lalat betinapun semuanya akan terperangkap juga.
Salah satu bahan nabati yang bersifat atraktan terhadap lalat adalah sereh (Andropogan nardus L). Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Hama Dan Penyakit Tumbuhan Universitas Hasanuddin, menunjukkan bahwa minyak sereh bersifat atraktan terhadap lalat buah jantan (Zulfitriany, 2000), dan mampu diaplikasikan juga untuk lalat rumah.
Berdasarkan hal tersebut perlu kiranya dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai atraktan sereh ( Andropogan nardus L) dalam perangkap toples plastik bekas terhadap banyaknya lalat rumah yang terperangkap, baik jantan maupun betina.

B.   Tujuan
  1. Tujuan Umum
Diketahuinya manfaat toples plastik bekas dan atraktan minyak sereh (Andropogan nardus L) sebagai perangkap lalat rumah sederhana terhadap banyaknya jumlah lalat yang terperangkap.
  1. Tujuan Khusus
a.    Dihasilkannya perangkap lalat rumah sederhana yang terbuat dari toples plastik bekas yang sudah tidak digunakan lagi.
b.    Diketahuinya efektivitas daya tarik atraktan minyak sereh (Andropogan nardus L) terhadap jumlah lalat rumah yang terperangkap.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Lalat Rumah (Musca domestica)
      Musca domestica adalah lalat rumah yang banyak dijumpai di tempat- tempat kotor seperti sampah, kotoran manusia, dan sebagainya ( Blondine, 2000). Lalat rumah mempunyai banyak ciri khas yang membedakannya dengan serangga yang lain diantaranya:
1.                                                                                                    1. Taksonomi Lalat Rumah, antara lain (Iskandar, 1985):
      Philum           : Arthropoda
      Class              : Insecta
      Ordo               : Diphtera
      Sub Ordo       : Cyclorrapha
      Famili             : Muscidae
      Genus            : Musca
      Species          : Musca domestica
2.                                                                                                    2.   Morfologi Lalat Rumah
            Tubuh lalat rumah ( Musca domestica) terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, bagian tengah (thoraks) dan abdomen. Kepala lalat rumah terdapat 2 mata coklat yang besar dan setiap mata terbuat dari ribuan lensa. Kedua mata ini disebut mata majemuk.
            Lalat rumah juga mempunyai mulut berbentuk tabung yang digunakan untuk menyedot cairan. Pada bagian belakang terdapat 2 sayap transparan yang dimiliki lalat rumah, terdapat 2 kenop kecil yang membantu lalat rumah menyeimbangkan dirinya ketika terbang. Dadanya bergaris dan mempunyai 3 pasang kaki yang melekat pada tubuhnya. Kakinya terbagi menjadi 5 bagian yang berakhir dengan telapak kaki. Lalat rumah berjalan berjingkat pada 2 cakar yang melekat pada bagian bawah kakinya. Bantalan lengket di bawah cakarnya membuat lalat rumah dapat berjalan terbalik di langit- langit atau dimana saja dengan mudah. Bantalan lengket dan bulu- bulu pada kaki lalat rumah juga dapat menjadi pembawa kuman penyakit ( Tarumingkeng, 2001).
            Penetapan jenis kelamin, jantan dan betina atas dasar tipe mata dan profil ujung abdomen. Lalat rumah jantan bertipe mata holoptik ( letak antar mata berdekatan) dan ujung abdomen meruncing, sedangkan yang betina bertipe mata dikoptik ( letak antar mata jauh) dan ujung abdomen membulat ( Mardihusodo, 1987).
3.                                                                                                    3.   Siklus Hidup Lalat Rumah
            Lalat rumah mengalami metamorfosis sempurna. Siklus hidup lalat rumah dibagi menjadi 4 ( empat ) stadium ( telur – larva – pupa - lalat rumah dewasa).
a.    Stadium Pertama ( Stadium Telur )
          Stadium ini lamanya antara 8- 16 jam. Suhu dapat mempengaruhi lamanya pada stadium ini. Pada suhu rendah di bawah 12- 13 oC telur tersebut tidak akan menetas. Telur lalat rumah berbentuk lonjong berwarna putih dengan ukuran kurang lebih 1 mm panjangnya. Lalat rumah betina umumnya telah dapat menghasilkan telur pada usia 4- 8 hari dengan 75- 150 butir telur sekali bertelur. Semasa hidupnya seekor lalat rumah dapat bertelur 5- 6 kali.
b.    Stadium Kedua ( Stadium Larva )
          Larva ini berbentuk bulat panjang dengan warna putih kekuning- kuningan, mempunyai segmen sebanyak 13 dan panjang kurang lebih 8 mm. Larva ini selalu bergerak dan makan dari bahan- bahan organik yang terdapat di sekitarnya. Pada tingkat terakhir larva berpisah ke tempat yang kering dan sejuk untuk berubah menjadi kepompong. Lamanya stadium 2 2-8 hari atau 2- 5 hari tergantung dari temperatur setempat. Larva ini mulai terbunuh dengan temperatur 73 OC.
c.             Stadium Ketiga ( Stadium Pupa )
          Stadium ini mulai dari perubahan bentuk larva menjadi kepompong yang berwarna coklat tua dengan panjang 12- 13 mm dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung pada musim panas dalam waktu 3- 7 hari pada temperatur 30- 35 OC. Stadium ini kurang banyak bergerak atau bahkan tidak bergerak sama sekali. Kepompong atau pupa mempunyai kerangka luar yang keras disebut chitine.
d. Stadium Keempat ( Stadium Dewasa)
          Stadium ini dimulai dengan keluarnya lalat muda yang sudah dapat terbang antara 450- 500 meter. Lalat rumah muda akan menjadi dewasa setelah satu hari dengan panjang kurang lebih seperempat inchi dan mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya.
  1. Hubungan Lalat Dengan Kesehatan
            Hampir semua bagian tubuh lalat Musca domestica dapat berperan sebagai alat penyebar penyakit yaitu tubuh, muntahan, faecesnya, kaki yang terdapat bulu- bulu halus dan mengandung perekat sehingga benda- benda kecil dapat merekat. Gangguan lalat pada manusia ( Ditjen PPM dan PLP 1992):
a.    Menimbulkan gangguan estetika
b.    Lalat menimbulkan penyakit pada manusia
c.    Menularkan penyakit secara mekanis
            Penularan penyakit ke korban baru oleh lalat yaitu dengan cara menusukkan probosis yang mengandung kuman- kuman penyakit patogen ke kulit korban kemudian lalat tersebut menyuntikkan ke dalam luka yang mengandung zat koagulasi darah sehingga darah tidak mengental dan menyumbat probosis yang sempit, kemudian lalat tersebut terbang dan menusukkan probosisnya tersebut ke kulit baru ( Ditjen PPM dan PLP 1992).

B.   Pengendalian dan Pemberantasan Lalat
1.    Tindakan pengendalian lalat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Iskandar, 1985):
a.    Usaha perbaikan lingkungan terutama melalui tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan. Usaha ini bertujuan untuk mencegah adanya sarang lalat.
b.    Usaha pengendalian secara biologis
      Usaha ini dilakukan dengan cara sterilisasi terhadap lalat jantan, dengan tujuan bila lalat tersebut mengadakan perkawinan akan dihasilkan telur yang steril. Cara ini hanya dapat dilakukan di laboratorium.
c. Usaha pengendalian dengan menggunakan racun serangga ( pengendalian serangga dengan insektisida ).
2.    Tindakan Pemberantasan Lalat
      Tujuan dari pemberantasan lalat adalah menurunkan kepadatan lalat dengan atau menggunakan racun serangga, dalam rangka mencegah penyakit yang ditularkan oleh lalat. Adapun tindakan pemberantasan lalat ini caranya ada yang ditujukan terhadap larva lalat dan lalat dewasa serta perbaikan lingkungan untuk mengurangi tempat - tempat potensial sebagai perindukan, dalam memberantasnya dengan menggunakan racun serangga.
a.    Terhadap larva lalat
Perbaikan lingkungan untuk mengurangi tempat yang potensial sebagai tempat perindukkan:
1)    Sampah dapur ditampung pada tempat sampah yang baik, tertutup, mudah dibersihkan, dan mudah dibuang.
2)    Pengangkutan sampah dilakukan setiap hari.
3)    Untuk tempat buangan kotoran, digunakan kakus/ WC dan selalu dalam keadaan bersih.
4)    Kotoran ternak harus jauh dari tempat tinggal manusia.
5)    Penggunaan racun serangga sebagai larvasida.
6)    Sampah sebagai bahan organik yang lembab dapat menjadi tempat perindukan lalat hingga banyak terdapat larva didalamnya. Penggunaan larvasida untuk membunuh larva dilakukan dengan cara penyemprotan emulsi yang ditujukan pada sampah organik atau kotoran hingga membasahi seluruh media.
b.    Terhadap lalat dewasa
1)    Penyemprotan residu insektisida
Hal ini dilakukan terhadap permukaan bahan/ tempat yang menjadi tempat hinggap, tempat makan atau tempat istirahat lalat, terutama pada tempat hinggap malam hari, sehingga memungkinkan kontak antara lalat dengan insektisida cukup lama.
2)    Umpan/ Poison Bite
Umpan yang diberikan harus memberi bau yang menarik bagi lalat. Umpan yang kering dapat dicampur dengan 1-2% insektisida, sedangkan umpan basah hanya perlu 0,1 – 1% insektisida.
3)    Untuk pemakaian dalam ruang
Dapat menggunakan kertas/ tali yang telah di beri lapisan insektisida dan digunakan pada langit- langit atau pada dinding.
4)    Tindakan mekanis
Tindakan ini merupakan tindakan pelengkap yang kurang memberikan hasil baik. Tindakan ini antara lain: memukul, menjaring, dan lain- lain.
5)    Tindakan perlindungan ( Screening )
Tindakan ini tidak dapat mengurangi jumlah lalat akan tetapi sangat penting karena dapat mencegah lalat yang hinggap pada makanan/ minuman.
6)    Pengendalian dengan memakai perangkap dengan menggunakan atraktan/ penarik

C.   Tanaman Sereh ( Andropogan nardus L )
1.    Klasifikasi ( Syamsuhidayat)
Divisio                        : Spermathopytha
Sub Divisio   : Angiospermae
Kelas              : Monocotyledonae
Bangsa          : Poales
Suku              : Graminae
Marga             : Andropogan
Species          : Andropogan nardus L
2.    Diskripsi Tanaman Sereh ( Andropogan nardus L)
            Sereh merupakan tumbuhan herba menahun dan merupakan jenis rerumputan dengan tinggi antara 50 – 100 cm, daun tunggal berjumpai, panjang sekitar 1 meter, lebar 1,5 cm, tepi kasar dan tajam, tulang daun sejajar, permukaan atas berkayu, beruas- ruas pendek dan berwarna putih. Buah pipih berwarna putih kekuningan. Biji bulat panjang berwarna coklat. Akar serabut dan perbanyakan tunas atau anakan.
3.    Kandungan Tanaman Sereh ( Andropogan nardus l )
            Serai mengandung senyawa padat yang mempunyai bau khas. Tanaman serai juga mengandung zat- zat seperti geraniel, metal heptenon, terpenterpen, terpon alkohol, asam- asam organik dan terutama sitro nelal. Zat sitro nelal mempunyai:
Titik didih       : 205- 206OC ( pada 1 atm )
Padatan         : 0,847- 0,850 gr/ cc
Indeks bias    : 1,4430 ( 20 ˚C)
            Pada temperatur kamar berbentuk cairan agak kekuning- kuningan, mudah menguap sedikit larut dalam alkohol, ester, aceton, dan berbau harum.
4.    Atraktan Minyak Sereh ( Andropogan nardus L)
         Menurut Gionar (1996) hasil pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan atraktan metil eugenol yang diteteskan pada kapas dalam perangkap memberikan hasil yang baik sebagai atraktan terhadap lalat buah jantan yang dapat diaplikasikan untuk lalat rumah.
         Salah satu bahan nabati yang bersifat atraktan terhadap lalat adalah sereh wangi (Andropogan nardus L). Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Hama Dan Penyakit Tumbuhan Universitas Hasanuddin, menunjukkan bahwa minyak sereh bersifat atraktan terhadap lalat buah baik jantan maupun betina (Zulfitriany, 2000) dan mampu diaplikasikan juga untuk lalat rumah. Karena sereh adalah sejenis tumbuhan yang daunnya biasanya disuling sehingga menghasilkan minyak atsiri sebagai bahan pembuatan atraktan/ penarik lalat buah yang dapat diaplikasikan untuk lalat rumah. Menurut Sylvia (2002), di lapangan konsentrasi 20- 50% dari minyak sereh efektif menarik lalat rumah jantan.


BAB III
PELAKSANAAN REKAYASA

A. Persiapan Alat dan Bahan
1. Alat                                                                                                                     
a.    Gunting
b.    Besi silinder diameter 1 cm

2. Bahan
a.   Toples plastik bekas
b.   Corong plastik
c.   Tali Senar
d.   Kapas
e.   Lem castol
f.    Korek api
g.   Atraktan minyak sereh
h.  Pilox

B. Cara Pembuatan
1.  Siapkan sebuah toples plastik bekas yang berpenutup.
2.  Toples plastik diberi lubang pada salah satu sisinya, dengan menggunakan besi yang dipanaskan. Kemudia toples tersebut kemudian di cat dengan menggunakan pilox berwarna hitam dop.
3.  Corong plastik dicat dengan menggunakan pilox warna merah. Setelah kering, pasang corong di lubang tersebut dengan menggunakan lem castol.
4.  Pasang kapas yang sudah ditetesi 5 tetes metil eugenol atraktan minyak sereh (Andropogan nardus L) ke dalam perangkap setengah jadi, dengan cara digantung dengan menggunakan tali senar.
5.  Toples yang sudah jadi tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan tutupnya.
6.  Perangkap lalat rumah sederhana sudah jadi
7.  Letakkan perangkap tersebut pada meja makan ataupun tempet-tempat yang potensial terdapat lalat rumah.

C.   Gambar Desaign


 


Tali Senar


                                                             Toples Plastik Bekas
 

                                                                Kapas yg ditetesi atraktan minyak sereh        
Corong
plastik

        Gambar 1. Perangkap Lalat rumah sederhana
                             tampak samping
                               (Skala 1: 2)
                                            
D.   Rencana Anggaran Biaya (RAB)

No.
Jenis Kebutuhan
Harga/ Satuan
(Rp.)
Jumlah Kebutuhan
Biaya
(Rp.)

Alat
a. Gunting
b. Besi
Bahan
a.   Toples    plastik
b.   Corong Plastik
c.Tali Senar
d.   Kapas
e.   Lem Castol
f. Korek api
g.   Atraktan minyak sereh
h.   Pilox

3.000
5.000

3.000
3.000
1.000
500
3.000
1.500
5.000

20.000

1
1

1
1
1
1
1
1
1

2



3.000
5.000

3.000
3.000
1.000
500
3.000
1.500
5.000

40.000
Total Pengeluaran
65.000
  
BAB IV
PELAKSANAAN REKAYASA

A.    Uji Fungsi
                  Perangkap lalat rumah yang terbuat dari toples plastik bekas dan atraktan minyak sereh ( Andropogan nardus L) ini, diuji fungsi dengan cara:
1.    Setelah perangkap siap pasang, maka perangkap diletakkan di tempat- tempat yang potensial terdapat lalat rumah. Misalnya, di meja makan.
2.    Pastikan perangkap terpasang dengan baik.
3.    Diamkan perangkap tersebut sampai 6 ( enam ) hari, karena atraktan hanya mampu bertahan selama 6 hari.
4.    Melakukan penghitungan terhadap jumlah lalat yang terperangkap setiap harinya.
5.    Melakukan penggantian kapas baru yang ditetesi atraktan setelah 6 hari.
6.    Pasang kembali perangkap lalat baru di tempat yang sama.

B.     Hasil Rekayasa
1.   Hasil Alat
Perangkap lalat rumah sederhana yang terbuat dari toples plastik bekas dan atraktan minyak sereh ( Andropogan nardus L).
2.   Hasil Efektivitas Alat
Berdasarkan uji fungsi yang dilakukan pada tanggal 3 Desember - 9 Desember 2008 dengan memasang 1 buah perangkap lalat sederhana ini di bawah meja makan maka setelah diadakan penghitungan jumlah lalat didapatkan hasil sbb:
Hari 1  : Terperangkap 6 ekor lalat
Hari 2  : Terperangkap 6 ekor lalat
Hari 3  : Terperangkap 5 ekor lalat
Hari 4  : Terperangkap 4 ekor lalat
Hari 5  : Terperangkap 5 ekor lalat
Hari 6  : Terperangkap 3 ekor lalat
Jadi, jumlah lalat rumah yang terperangkap selama 6 hari terhitung dari tanggal 3 sampai tanggal 9 desember 2008 adalah 28 ekor.
Dari hasil yang diperoleh ternyata alat kurang optimal dalam memerangkapkan lalat rumah, kemungkinan diakibatkan oleh meja makan tempat yang digunakan untuk meletakkan perangkap, kurang sering didatangi lalat rumah, padahal meja makan sangat potensial terhadap keberadaan lalat tersebut.


BAB V
PENUTUP

A.   Kesimpulan
1.    Toples plastik bekas dan atraktan minyak sereh ( Andropogan nardus L) dapat digunakan sebagai perangkap lalat rumah sederhana, aman dari jangkauan anak-anak dan tidak mengganggu nilai estetika.
2.    Sedangkan atraktan minyak sereh ( Andropogan nardus L) selain mampu menarik lalat buah  juga terbukti dapat menarik lalat rumah juga.

B.   Saran
      Untuk penelitian berikutnya, diharapkan ada yang membuat perangkap lalat yang lebih efektif lagi dalam memerangkapkan sejumlah lalat rumah. Misalnya dengan merubah bentuk, jenis atraktan, jenis umpan, maupun penambahan jumlah jalan masuk lalat rumah tersebut. Ataupun penelitian lanjutan dari perangkap ini, misalnya dengan efektivitas perangkap dilihat dari jumlah lalat rumah jantan maupun jumlah  lalat rumah betina yang terperangkap.


DAFTAR PUSTAKA

Blondine Ch.P, Uji Efikasi Strain local Bacillus thuringensis serotype 3,10 dan 11 terhadap larva Musca domestica, Media penelitian dan pengembangan kesehatan, Vol.IX no.4/ 2000 DepKes RI Jakarta

Direktorat Jendral PPM dan PLP. Petunjuk Pengukuran Tingkat Kepadatan Lalat. ( Jakarta, DepKes RI, 1987)

Gionar, Y.R. 1996. Studi Pendahuluan Pengendalian Lalat Buah dengan Menggunakan Kombinasi Atraktan Metil Eugenol. Jurnal Pemanfaatan Bahan Alami dalam Upaya Pengendalian Populasi Organisme Pengganggu Tanaman PAU Ilmu Hayati- ITB, Bandung. Hal 3- 6

Iskandar Adang,dkk. 1985. Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI

Zulfitriany, D.M. 2000. Pengujian Minyak Sereh dan Komponen Utamanya ( Geraniol dan Stronella) sebagai Atraktan terhadap Dacus Dorsalis ( Diptera, Tephritidae). Skripsi. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian dan Kehutanan. Universitas Hasanuddin Makasar

www. Google.com




1 komentar:

  1. halo mbak, boleh tanya gak selain metil eugenol apa lagi ya antraktan yg bisa dibikin sendiri, makasih

    BalasHapus